s-telecharger.com – , Jakarta – Dini hari Minggu, 22 Juni 2025, langit Iran diguncang oleh gemuruh dahsyat. Tujuh pembom siluman B-2 Spirit milik Angkatan Udara Amerika Serikat melancarkan “Operation Midnight Hammer“, sebuah serangan militer yang menargetkan tiga fasilitas nuklir Iran paling vital. Pesawat-pesawat pengebom itu melepaskan bom bunker-buster Massive Ordnance Penetrators seberat 30.000 pon, dirancang untuk menghancurkan target yang terkubur sangat dalam.
Serangan presisi ini mencakup 12 bom yang menghantam fasilitas pengayaan uranium di Fordow, sebuah situs yang dibangun jauh di dalam pegunungan. Sementara itu, dua bom lainnya memporak-porandakan fasilitas sentrifugal bawah tanah di Natanz, yang dikenal sebagai situs pengayaan utama Iran. Secara bersamaan, sebuah kapal selam AS meluncurkan lebih dari dua lusin rudal jelajah, menghancurkan bangunan dan pintu masuk terowongan di Isfahan, situs nuklir Iran ketiga yang menjadi target.
Pasca-serangan, citra satelit dari Maxar Technologies secara jelas menunjukkan skala kehancuran. Bangunan-bangunan di Isfahan tampak porak-poranda, sementara di sekitar Fordow, lubang-lubang besar menganga, disertai puing abu-abu yang menyelimuti seluruh situs. Pesawat pengebom B-2 Spirit sendiri merupakan arsenal canggih, ditenagai empat mesin turbofan General Electric F118-GE-100, masing-masing menghasilkan daya dorong 77 kN. Pesawat ini beroperasi pada kecepatan subsonik tinggi, mencapai Mach 0,95 atau sekitar 1.010 km/jam (628 mph), menjadikannya pilihan strategis untuk misi penetrasi jauh seperti ini. (Dok. U.S. Air Force/ Gary Ell)
Menteri Pertahanan AS Pete Hegseth segera mengklaim kemenangan. Dalam konferensi pers di Pentagon pada hari Minggu, ia menyatakan, “Ambisi nuklir Iran telah hancur.” Hegseth menambahkan bahwa “Operasi yang dirancang Presiden Trump berani dan brilian,” seperti dikutip dari laman NPR.
Klaim serupa digaungkan oleh Presiden Donald Trump sendiri melalui platform Truth Social. Trump mengumumkan keberhasilan serangan terhadap ketiga fasilitas nuklir Iran tersebut, termasuk Fordow, Natanz, dan Isfahan. “Muatan penuh bom dijatuhkan di situs utama Fordow,” tulis Trump, seperti dilaporkan Euro News. “Kerusakan monumental terjadi di semua lokasi nuklir di Iran, seperti yang ditunjukkan oleh citra satelit. Kehancuran adalah istilah yang akurat!” tambahnya pada Senin pagi, 23 Juni 2025.
Dukungan terhadap klaim tersebut datang pula dari Jenderal Dan Caine, Ketua Kepala Staf Gabungan AS. Dalam konferensi pers Pentagon pada hari Ahad, ia menjelaskan, “Kerusakan akibat perang terakhir akan memakan waktu (untuk dipastikan), tetapi penilaian awal kerusakan akibat pertempuran menunjukkan bahwa ketiga lokasi mengalami kerusakan dan kehancuran yang sangat parah.”
Analisis Pakar: Serangan Tidak Berdampak Signifikan
Namun, di balik narasi kemenangan Washington, para ahli yang mengamati citra satelit komersial justru menyampaikan peringatan keras. Mereka berpendapat bahwa program nuklir Iran masih jauh dari kehancuran total, menimbulkan keraguan signifikan terhadap efektivitas serangan AS.
Analisis mendalam dari para ahli terhadap citra satelit komersial Maxar Technologies yang mencakup ketiga situs nuklir Iran tersebut mengungkap fakta yang kontras dengan klaim pemerintah AS. Jeffrey Lewis, seorang pakar nuklir terkemuka dari Middlebury Institute of International Studies di Monterey, AS, menegaskan bahwa serangan itu gagal menyasar komponen krusial dari program nuklir Iran. “Ada beberapa hal yang sangat penting yang belum terkena dampak,” ujarnya kepada NPR pada Ahad, 22 Juni 2025. “Jika berakhir sampai di sini saja, ini adalah serangan yang benar-benar tidak lengkap.”
Lewis secara khusus menyoroti bahwa stok uranium yang telah diperkaya tinggi milik Iran tampaknya tidak terdampak. “Saat ini Iran masih memiliki bahan itu dan kita masih belum tahu di mana keberadaannya,” ungkapnya, mengisyaratkan kemungkinan bahwa persediaan kunci ini telah dipindahkan.
David Albright, Presiden Institute for Science and International Security, yang telah lama memantau program nuklir Iran, memperkuat temuan Lewis. Albright mencatat adanya aktivitas mencurigakan di Fordow dan Isfahan pada Kamis, 19 Juni 2025, hanya tiga hari sebelum serangan AS. Citra satelit menunjukkan truk-truk di dekat pintu masuk fasilitas bawah tanah yang sering digunakan untuk menyimpan uranium. “Masih menjadi misteri apa sebenarnya isi truk-truk itu,” ujar Albright kepada The Free Press, Senin, 23 Juni 2025. “Namun, uranium yang diperkaya di Fordow kemungkinan besar sudah habis sebelum serangan. Apa isi truk-truk itu masih misteri, tapi dugaan kuatnya adalah uranium.”
Spekulasi bahwa Iran telah mengantisipasi serangan dan memindahkan material nuklirnya semakin diperkuat oleh minimnya dampak radiasi pasca-serangan. Badan Tenaga Atom Internasional (IAEA) mengonfirmasi bahwa tidak ada peningkatan tingkat radiasi di ketiga situs tersebut. “Setelah serangan terhadap tiga lokasi nuklir di Iran—termasuk Fordow—IAEA dapat mengonfirmasi bahwa tidak ada peningkatan tingkat radiasi di luar lokasi yang dilaporkan hingga saat ini. IAEA akan memberikan penilaian lebih lanjut tentang situasi di Iran saat informasi lebih lanjut tersedia,” tulis IAEA di platform X, menambah bobot pada narasi bahwa kerusakan mungkin tidak sepenting yang diklaim AS.
Hanya Kerusakan di Permukaan
Di Iran, narasi resmi juga dengan tegas meremehkan dampak serangan AS. Manan Raeisi, anggota parlemen dari Qom, provinsi tempat Fordow berada, menegaskan bahwa pemeriksaan awal tidak menemukan radiasi nuklir. “Berdasarkan informasi yang telah diverifikasi, saya dapat mengatakan bahwa bertentangan dengan klaim palsu Presiden Amerika, fasilitas Fordow tidak mengalami kerusakan yang signifikan. Sebagian besar dampaknya hanya di permukaan dan mudah diperbaiki,” ujarnya, seperti dikutip Al Mayadeen, Senin, 23 Juni 2025.
Raeisi bahkan menyebut pernyataan Trump berlebihan dan mengejeknya. “Klaim yang dibuat-buat Trump tentang kehancuran Fordow hanya menyoroti betapa tidak efektifnya serangan itu, begitu dangkalnya sehingga tidak ada satu pun martir yang dilaporkan di lokasi itu,” katanya, menggarisbawahi kurangnya korban jiwa sebagai bukti serangan yang tidak signifikan.
Pernyataan ini selaras dengan laporan IRNA, kantor berita resmi Iran, yang menyebut warga sekitar Fordow tidak merasakan ledakan besar dan kondisi di area itu “sepenuhnya normal.” Markas Manajemen Krisis di Provinsi Qom, lokasi Fordow, juga menegaskan tidak ada bahaya bagi penduduk setempat. Bahkan, Mahdi Mohammadi, penasihat ketua parlemen Iran Mohammad Bagher Ghalibaf, mengklaim bahwa Iran telah memindahkan infrastruktur nuklir dari Fordow sebelum serangan. “Situs ini telah lama dievakuasi dan tidak mengalami kerusakan permanen,” tulisnya di media sosial, seperti dikutip dari laporan Al Jazeera, semakin memperkuat argumen bahwa serangan tersebut hanya mengenai cangkang kosong.
Iwan Kurniawan berkontribusi dalam penulisan artikel ini.
Pilihan editor: Lebih Dekat Ihwal Penampakan Situs Nuklir Iran Fordow yang Diserang AS
Tinggalkan Balasan