Kemenperin: Optimisme Pengusaha Turun Akibat Konflik Timur Tengah

Kemenperin: Optimisme Pengusaha Turun Akibat Konflik Timur Tengah

JakartaKementerian Perindustrian (Kemenperin) melaporkan adanya peningkatan pesimisme di kalangan pelaku usaha terkait proyeksi kondisi usaha enam bulan ke depan. Data terbaru menunjukkan bahwa tingkat pesimisme mencapai 9 persen pada Juni 2025, naik 0,6 persen dibandingkan bulan sebelumnya, Mei 2025.

Juru Bicara Kemenperin, Febri Hendri Antoni Arie, menjelaskan bahwa penurunan optimisme pengusaha ini disebabkan oleh kekhawatiran para pebisnis, baik yang berorientasi ekspor maupun domestik, terhadap eskalasi konflik politik di Timur Tengah. Pernyataan ini disampaikan Febri dalam rilis Indeks Kepercayaan Industri (IKI) yang disiarkan melalui YouTube pada Senin, 30 Juni 2025.

Febri lebih lanjut merinci bahwa kenaikan harga energi akibat konflik Israel-Iran menjadi faktor utama yang memberikan tekanan signifikan bagi pelaku industri. Hampir semua sektor industri sangat bergantung pada energi dalam proses produksinya. Bahkan, beberapa industri seperti pupuk, kaca, dan semen, yang sangat mengandalkan gas sebagai bahan baku utama, menjadi sangat rentan terhadap fluktuasi harga gas dan energi secara keseluruhan.

Selain itu, lonjakan biaya logistik juga menjadi dampak serius dari konflik tersebut. Jalur perdagangan yang melintasi wilayah dekat Timur Tengah kini menimbulkan kekhawatiran di kalangan pengusaha. Menurut Febri, kondisi ini berpotensi memicu kenaikan harga bahan baku, baik secara langsung maupun tidak langsung, akibat gejolak nilai tukar. Konflik tersebut juga mengakibatkan biaya distribusi ekspor yang semakin tinggi, menekan margin keuntungan perusahaan.

Data Kemenperin menegaskan tren yang mengkhawatirkan: tingkat optimisme pengusaha pada Juni 2025 berada di angka 65,8 persen, menurun 0,8 persen dari bulan sebelumnya. Penurunan ini menandai tren negatif yang telah berlangsung selama tujuh bulan berturut-turut sejak Oktober 2024, menunjukkan adanya tantangan ekonomi yang persisten.

Meskipun demikian, Febri menyoroti bahwa sejumlah industri tetap menunjukkan optimisme berkat dukungan kebijakan dan program pemerintah. Ia memberikan contoh industri keramik yang mencatat peningkatan pesanan signifikan, didorong oleh belanja pemerintah untuk proyek infrastruktur. Walaupun demikian, industri keramik juga mengakui adanya tekanan akibat harga gas yang tinggi. Selain itu, industri peralatan listrik juga dilaporkan mengalami peningkatan permintaan, meskipun secara umum sektor ini sedang berada dalam fase kontraksi.

Secara keseluruhan, Indeks Kepercayaan Industri Indonesia pada Juni 2025 tercatat di angka 51,84. Angka ini menunjukkan penurunan 0,27 poin dari bulan sebelumnya yang berada di 52,11. Apabila dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu, indeks ini juga melambat sebesar 0,66 poin dari angka 52,50, mengindikasikan perlambatan kinerja industri secara tahunan.

Pilihan editor: Di Balik Aturan OJK tentang Berbagi Risiko Asuransi

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *