s-telecharger.com – , Jakarta – Ketegangan di Timur Tengah kembali memuncak setelah lebih dari 200 jet tempur Angkatan Udara Israel melancarkan serangan masif ke lebih dari 100 target di seluruh Iran. Israel mengklaim target-target tersebut merupakan fasilitas nuklir, militer, dan infrastruktur penting. Serangan ini, yang menurut laporan Aljazeera, terjadi pada Jumat, 13 Juni 2025, menyasar fasilitas nuklir utama Iran di Natanz.
Dampak serangan tersebut sangat signifikan. Dua ilmuwan nuklir terkemuka Iran, Mohammad Mehdi Tehranchi dan Fereydoun Abbasi, dilaporkan tewas bersama empat ilmuwan lainnya. Kantor berita Iran, Tasnim, mengkonfirmasi identitas kedua korban sebagai tokoh kunci dalam program nuklir Iran.
Selain itu, tiga petinggi militer Iran juga dilaporkan gugur, termasuk Mayor Jenderal Mohammad Bagheri, Kepala Staf Angkatan Bersenjata Iran; Jenderal Hossein Salami, Komandan IRGC (Korps Garda Revolusi Islam); dan Jenderal Gholam Ali Rashid, yang memimpin markas pusat militer Iran. Kehilangan ini menjadi pukulan berat bagi kepemimpinan militer Iran.
Target Operasi Serangan Israel ke Iran
Serangan udara Israel, seperti yang dilaporkan Antara, dimulai sekitar pukul 03.00 waktu setempat (23.30 GMT/06:30 WIB). Target utama serangan meliputi fasilitas militer, instalasi nuklir, dan bahkan kawasan permukiman, demikian laporan dari media Iran. Serangan ini tampaknya dirancang untuk melumpuhkan kemampuan militer dan nuklir Iran secara komprehensif.
Laporan media Iran juga menyebutkan bahwa kediaman sejumlah komandan tinggi Angkatan Bersenjata Iran dan Korps Garda Revolusi Islam (IRGC) menjadi sasaran utama. Fasilitas Pengayaan Uranium Natanz, yang merupakan fasilitas pengayaan utama Iran, juga menjadi prioritas serangan.
Salah satu target penting lainnya adalah situs radar Subashi di Provinsi Hamedan, yang dikenal sebagai pusat radar strategis Iran. Selain itu, pusat militer dan radar di Provinsi Kermanshah serta fasilitas militer di Provinsi Lorestan juga tak luput dari serangan.
Di Tabriz, Barak Militer Seydava, sistem radar di sekitar kota, dan sejumlah titik strategis lainnya menjadi sasaran. Sementara itu, di Provinsi Khuzestan yang kaya akan minyak, yang terletak di bagian barat daya Iran, beberapa pusat penting termasuk gerbang perbatasan menuju Irak ikut diserang.
Pola Agresi
Sebelum serangan, Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, menyatakan bahwa Israel menargetkan fasilitas pengayaan nuklir utama Iran di Natanz sebagai bagian dari operasi yang disebut “Rising Lion”. “Kita berada di momen yang menentukan dalam sejarah Israel,” tegas Netanyahu dalam rekaman pesan video, seperti dikutip dari NPR, Jumat.
Netanyahu menambahkan bahwa operasi ini bertujuan untuk mengatasi ancaman Iran terhadap kelangsungan hidup Israel. Ia juga mengklaim bahwa operasi tersebut akan terus berlanjut selama beberapa hari untuk sepenuhnya menghilangkan ancaman tersebut. Pernyataan ini mengindikasikan bahwa Israel siap untuk melakukan operasi militer berkelanjutan di Iran.
Laporan dari pejabat keamanan Israel menyebutkan bahwa Mossad, badan mata-mata Israel, telah menyelundupkan senjata presisi dan pesawat tanpa awak peledak ke Iran menjelang serangan. Senjata-senjata ini kemudian digunakan untuk menyerang pertahanan udara Iran, membuka jalan bagi serangan udara yang lebih efektif.
Kematian kepala staf militer Iran, Mohammad Bagheri, dalam serangan tersebut dianggap sebagai pukulan telak bagi rantai komando militer Iran, yang berpotensi mengganggu koordinasi dan respons militer Iran.
Kepala pengawas nuklir PBB, Rafael Grossi, mengungkapkan bahwa pabrik percontohan pengayaan uranium di atas tanah di lokasi Natanz telah hancur. Dalam laporannya kepada Dewan Keamanan PBB, Grossi menyatakan bahwa sejauh ini tidak ada dampak radiologis yang terdeteksi di sana. Namun, ia masih memeriksa dampak serangan terhadap lokasi Fordow dan Isfahan. Grossi telah menawarkan untuk segera mengunjungi Iran untuk melakukan penilaian langsung.
“Semua perkembangan ini sangat memprihatinkan,” ujar Grossi. “Fasilitas nuklir tidak boleh diserang, apa pun situasinya.” Pernyataan ini menggarisbawahi kekhawatiran internasional tentang potensi konsekuensi dari serangan terhadap fasilitas nuklir dan mendesak semua pihak untuk menahan diri.
Tinggalkan Balasan