s-telecharger.com -Serangan Amerika Serikat (AS) telah secara signifikan meningkatkan eskalasi ketegangan antara Israel dan Iran, memicu sentimen utama yang kini membayangi pasar keuangan global. Konflik yang berpotensi berlarut-larut ini diperkirakan akan memengaruhi berbagai aspek pasar, termasuk kinerja saham.
Analis pasar modal, Hans Kwee, mengungkapkan bahwa aksi jual di pasar saham terjadi menyusul pernyataan Presiden AS Donald Trump yang menuntut penyerahan Iran, sebuah seruan yang ditanggapi dengan penolakan keras oleh Ayatollah Ali Khamenei. Akibatnya, investor cenderung menghindari risiko dan lebih memilih aset safe haven, seperti emas dan obligasi pemerintah AS.
Harga Minyak Mentah Melonjak Tembus USD 77,73 Per Barel Usai AS Serang Fasilitas Nuklir Iran
Keterlibatan langsung AS dalam konflik ini secara substansial meningkatkan risiko ketidakpastian pasar global. Agresi tersebut mengindikasikan bahwa konflik bisa menjadi lebih besar dan berkepanjangan, yang berdampak langsung pada harga minyak. Komoditas energi ini telah melonjak ke kisaran USD 75-85 per barel. Hans Kwee menambahkan, harga minyak berpotensi melonjak lebih tinggi, bahkan mencapai USD 120-130 per barel, jika terjadi gangguan pasokan signifikan di Selat Hormuz.
Iran Bakal Tutup Selat Hormuz, Pertamina Siap-siap Alihkan Rute Kapal Minyak Mentah ke Jalur Aman
Dinamika kebijakan moneter juga tidak luput dari dampak situasi geopolitik ini. The Federal Reserve (The Fed) masih mempertahankan suku bunga acuannya. Namun, dot plot terbaru menunjukkan adanya perpecahan di antara anggota dewan, dengan sebagian besar memperkirakan tidak ada pemotongan suku bunga tahun ini. Peluang pemotongan yang tersisa sangat bergantung pada perkembangan inflasi, yang dipengaruhi oleh tarif baru dan ketegangan geopolitik, ujar Hans Kwee, dosen Fakultas Ekonomi Bisnis Universitas Trisakti.
Di tengah ketidakpastian global ini, Hans Kwee memperkirakan Bank Indonesia (BI) akan mempertahankan suku bunga acuan hingga akhir tahun. BI cenderung menjaga stabilitas makroekonomi dan nilai tukar, terutama dalam menghadapi tekanan dari potensi arus modal keluar akibat eskalasi konflik.
Pasar Kripto Terguncang Akibat Krisis Timur Tengah, Investor Bisa Manfaatkan Strategi Ini
Dari pasar saham domestik, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mencatatkan pelemahan 1,74 persen atau turun 120 poin ke level 6.787,14 pada perdagangan bursa Senin (23/6). Tercatat, sebanyak 553 saham mengalami penurunan, 272 saham stagnan, dan hanya 135 saham yang menguat.
Hans Kwee memproyeksikan IHSG berpotensi melemah dalam jangka pendek dengan level support di kisaran 6.907 sampai 6.832 dan resistance di 6.994 sampai 7.115.
Pekan ini, fokus pasar juga akan tertuju pada data inflasi AS yang diukur dengan personal consumption expenditures (PCE). Indikator kunci ini sangat dipantau oleh The Fed sebagai penentu arah kebijakan suku bunga selanjutnya.
Tinggalkan Balasan